TerokaKalimantan.com – Kota Sintang memang mengalami perubahan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan kondisi puluhan tahun yang lalu. Pembangunan yang ada dari setiap periode pemerintahan yang berbeda jelas memberikan dampak yang tidak sedikit. Tidak hanya pembangunan infrastruktur fisik semata, hal itu juga tercermin dari berdirinya banyak jenis investasi usaha waralaba industri baik yang berskala lokal maupun nasional yang membuka unit usahanya di Kota Sintang.
Di balik itu semua mungkin tidak banyak di antara masyarakat Sintang yang pernah melihat bagaimana potret kota Sintang tempo dulu. Bagaimana wajah kota yang dulu sangat sederhana ini kini mengalami transformasi yang sedemikian rupa. Silakan simak saja potret kota Sintang tempo dulu berikut ini.
- Bangunan Awal Rumah Sakit Ade M. Djoen Sintang




Dilansir dari laman resmi RS Ade M Djoen, bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Ade Muhammad Djoen Sintang awalnya bernama Landschap yang didirikan oleh Wakil Penembahan Sintang, Ade Muhammad Djoen pada tahun 1930. Pada tahun 1932, Rumah Sakit ini baru selesai dibangun dan diresmikan pemakaiannya dengan mengangkat seorang dokter sebagai Kepala Rumah Sakit yakni dr. J.Smeet dengan dibantu oleh tiga orang juru rawat. Bahkan sebelum itu RS yang dulu dinamai dengan pelafalan Belanda “Landschapsch- Ziekenhuis” justru awalnya merupakan sebuah Rumah sakit dengan konsep apung atau berada di atas permukaan sungai dengan posisi letak di tepi pantai Sungai Kapuas di depan rumah Ade Muhammad Djoen Ibnu Haji Gusti Muhd. Isya – Pangeran Temenggung Setia Agama. (Lokasi: Di Jalan Dara Juanti Sintang).
Bangunan fisik Rumah Sakit Landschap-Ziekenhuis (Rumah Ade Mohd. Djoen, sampai tahun 2023) dibangun di atas tanah milik pribadi Wedana Penembahan Ade Mohd. Djoen ibnu H. Gusti Muhd. Isya Pangeran Temenggung Setia Agama yang mana tanah tersebut memang telah diwakafkan oleh beliau untuk mendirikan rumah sakit tersebut, sehingga penamaan Rumah Sakit tersebut pada akhirnya diberi nama Ade M Djoen. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ade M Djoen sekarang memang sudah tidak menempati lahan yang lama, melainkan sudah dipindahkan oleh Pemda Kab. Sintang ke alamat dan bangunan baru di Jl. Y.C Oevang Oeray. Adapun bangunan lama kini telah direnovasi dan dialihfungsikan menjadi Mal Pelayanan Publik (MPP).
- Masjid Jamik Sultan Nata Sintang Tempo Dulu

Masjid Jamik Sultan Nata adalah salah satu landmark penting dan cukup ikonik di Kota Sintang, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Masjid ini memiliki sejarah yang kaya dan merupakan pusat kegiatan keagamaan serta budaya bagi masyarakat Kota Sintang. Bangunan masjid ini juga menjadi salah satu penanda sejarah Islam di wilayah Sintang. Pendirian masjid ini sendiri diprakarsai oleh Pangeran Tunggal setelah naik tahta menggantikan Pangeran Agung (Sultan Sintang ke-17). Pada masa pemerintahannya, Islam berkembang sangat pesat. Pendirian tempat ibadah pun semakin mendesak. Masjid inilah yang menjadi cikal bakal Masjid Jamik Sultan Nata Sintang.
- Pemandangan Berlatar Bukit Kelam Dari Sungai Durian Tempo Dulu

Pemandangan Berlatar Belakang Pemandangan Bukit Kelam di Kejauhan.
Sesuai dengan keterangan pada foto di atas, sangat jelas bahwa sudut pandang pengambilan gambar ini memang diambil dari area Sungai Durian lebih tepatnya dari kompleks pasar Cina. Pemandangan yang sama bisa anda peroleh apabila anda berada di kawasan Water Front Sintang dan kemudian mengambil gambar/foto ke arah utara (arah bukit kelam). Seperti tampak pada foto, kawasan sintang circa 1930-an saat itu masih sangat sepi dan banyak terdapat pohon tinggi dan rimbun.
- Bangunan Tua Sekolah Belanda H.I.S di Sintang (SMKS Kartini) Tempo Dulu)

Untuk beberapa saat mungkin anda tertegun dan mengira-ngira bangunan besar apa ini? Sesuai keterangan pada foto bangunan ini dulunya adalah sekolah yang didirikan oleh kolonial Belanda di Sintang dengan nama H.I.S Sintang. Jika menurut laman Wikipedia, Hollandsch-Inlandsche School atau disingkat H.I.S adalah sekolah yang didirikan oleh Belanda untuk BumiPutera. Sekolah ini, kali pertama didirikan di Indonesia pada tahun 1914 seiring dengan diberlakukannya Politik Etis atau politik balas budi oleh pemerintah kolonial Belanda di jaman penjajahan. Sekolah ini diperuntukan bagi golongan penduduk keturunan Indonesia asli. Pada umumnya disediakan untuk anak-anak dari golongan bangsawan, tokoh-tokoh terkemuka, atau pegawai negeri.
Pada masa kini bangunan ini menjadi sebuah Sekolah Swasta Sekolah Menengah Kejuruan SMK Kartini Sintang yang dikelolas secara swasta . Jika anda pernah menapakkan kaki di sini akan merasakan nuansa bangunan tua dengan arsitektur Belanda zaman dulu di beberapa bagian sudut bangunan yang ada.
- Dermaga Kecil di Depan Kantor Residen (Bupati Sintang) Tempo Dulu)

Jika menilik tulisan keterangan pada foto tersebut maka ini adalah foto dermaga kecil menuju sebuah bangunan tempat berkantor Residen / asisten residen. Masyarakat Sintang jamak menyebut dermaga kecil tersebut dengan sebutan “Kopel”. Perkiraannya sekarang bangunan tersebut berlokasi di pendopo Bupati Sintang yang kita kenal sekarang.
Pada zaman penjajahan Belanda, seorang residen menjadi penguasa penjajahan tertinggi sekaligus mewakili Gubernur Jenderal Hindia Belanda di wilayah kekuasaannya. Residen pun menjadi wakil dan lambang Pemerintah Hindia Belanda di keresidenannya dengan kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif di tangannya. Dengan itu, kekuasaannya mutlak dan tak terbatas.
- Perahu-perahu Kecil di Pinggiran Sungai Kapuas Sintang Tempo Dulu

Foto terakhir ini (jika sesuai dengan keterangan foto) memperlihatkan dua orang pria berpeci hitam tengah mendayung sampan / perahu kecil di pinggiran Sungai Kapuas. Terlihat pula beberapa perahu yang memiliki dinding dan beratap seperti tikar yang mungkin terbuat dari kulit pohon (?). Pada rentang tahun ini jelas sekali bahwa masyarakat Sintang masih sangat mengandalkan transportasi air jenis perahu untuk dapat terkoneksi dan menjangkau wilayah satu dan lainnya, karena belum ada jembatan atau alat transportasi alternatif lain saat itu.
Demikianlah sedikit informasi terkait potret Kota Sintang tempo dulu yang dapat dibagikan untuk pembaca sekalian. Tentunya tulisan ini sangat jauh dari kata lengkap dan tidak melibatkan saksi atau bukti sejarah pendukung untuk keperluan penelusuran yang mendalam karena minimnya sumber literatur yang dapat diperoleh.